Sup Ayam Jamur Shimeji dan Sup Ayam Jahe


Sup ayam ini kesukaan mama, jadi mungkin kapan-kapan bisa buatin buat mama. Hmmm. Atau mungkin minta dibuatin aja kali yaa.. 😀

1. Sup Ayam Jamur Shimeji

Bahan:

  • 250 g daging ayam, potong-potong
  • 1 siung bawang putih, parut
  • 1/2 sdt merica bubuk
  • 1 sdt garam
  • 3 sdm tepung kanji Kuah:
  • 1 sdm minyak sayur
  • 50 g bawang bombay, cincang
  • 1 siung bawang putih, memarkan
  • 1 batang daun bawang, iris kasar
  • 750 ml kaldu ayam
  • 1/2 sdt merica bubuk
  • 1 sdt garam
  • 100 g wortel, potong-potong
  • 100 g jamur shimeji, bersihkan

Cara membuat:

aduk potongan ayam dengan bawang putih, merica dan garam hingga rata. Lumuri dengan tepung kanji hingga rata. Kuah: Tumis bawang bombay dan bawang putih hingga layu dan wangi. Tambahkan daun bawang, aduk rata. Tuangi kaldu dan tambahkan bumbu, didihkan. Masukkan potongan ayam, masak hingga ayam matang. Tambahkan wortel dan jamur, didihkan hingga lunak. Angkat, sajikan hangat.

Untuk 4 orang

2. Sup Ayam Jahe

Bahan:

  • 1 ekor ayam kampung yang gemuk, potong 10 atau 12 bagian
  • 2 sdm kecap asin
  • 1/2 sdm air jeruk nipis
  • 1 sdm minyak sayur
  • 2 siung bawang putih, cincang halus
  • 75 g jahe, kupas, iris kecil panjang
  • 1 liter air
  • 1/2 sdt merica bubuk
  •  2 sdt garam
  • 1/2 sdt minyak wijen

Taburan: 2 batang daun bawang, ambil bagian yang putih, iris serong tipis 2 batang daun ketumbar, petiki

Cara membuat:

Lumuri potongan ayam dengan kecap asin dan air jeruk nipis hingga rata. Diamkan selama 30 menit. Tumis bawang putih dan jahe hingga harum. Masukkan potongan ayam,aduk hingga kaku. Angkat. Didihkan air di atas api sedang. Masukkan ayam tumis, bubuhi merica, garam dan minyak wijen. Masak dengan api kecil hingga ayam lunak. Angkat. Taburi bahan taburan, sajikan hangat.

Untuk 6 orang

 

sumber: detikfood

Baked Cheese Crispy Chicken


Pas istirahat makan siang, browsing, nemu resep ini deh. Mari dicoba! 😀 tapi sayang banget mama ga suka keju. :p

 

Bahan:

  • 6 buah paha ayam bagian atas
  • 2 siung bawang putih, parut
  • 1 sdm air jeruk lemon
  • 1 sdt garam
  • 4 sdm tepung terigu
  • 1 putih telur ayam, kocok hingga berbuih
  • 150 g tepung panir minyak goreng
  • 200 g jamur champignon, iris tipis, tumis hingga layu
  • 200 g keju mozzarella, iris tipis

Pelengkap: peterseli cincang

Cara membuat:

  • Buang kulit dan tulang ayam juga lemaknya berlebihan.
  • Pukul-pukul ayam hingga agak pipih.
  • Lumuri ayam dengan bawang putih, air jeruk dan garam hingga rata.
  • Diamkan selama 30 menit.
  • Lumuri potongan ayam dengan tepung terigu hingga rata.
  • Celupkan ke dalam putih telur lalu lapisi dengan tepung panir hingga rata.
  • Diamkan selama beberapa saat hingga agak kering.
  • Goreng dalam minyak panas dan banyak hingga kuning keemasan. Tiriskan.
  • Susun jamur tumis di atas tiap potongan ayam.
  • Beri irisan keju mozarella di atasnya.
  • Panggang dalam oven panas selama 10 menit hingga keju meleleh.
  • Angkat dan sajikan hangat dengan Pelengkap.

Untuk 6 potong

 

Sumber: detikfood

Selamat Jalan, Kawan


Agustus 2007

“Cha, lo dimana? Kok ga dateng sih?”

“Cha, kok lo ga dateng reuni di rumah Bejo sih?”

“Cha, buruan deh lo nyusul kesini!”

Seharian ituhandphonepenuh dengan sms kawan-kawan SD. Hari itu ada reuni SD di rumah Bejo. Tapi aku memang tidak bisa hadir. Aku sedang mempersiapkan pernikahanku yang tinggal sebulan lagi. Sebenarnya aku sangat rindu dengan mereka, namun apa boleh buat, aku ada acara lain untuk mempersiapkan pernikahanku sehingga aku tidak bisa hadir bertemu dengan kawan-kawan semua. Hari itu bahkan kawan-kawanku menelpon dari rumahnnya Bejo. Mereka masih mengharapkan kehadiranku disana. Akhirnya aku hanya bisa mengundang mereka untuk hadir di pernikahanku, bulan depan.

***

September 2007

“Ah Ichaaa…Ga nyangka lo nikah duluan. Selamat ya Cha! Semoga langgeng, jadi keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah”

Hari itu aku hadir ke pernikahan Icha, kawan SD-ku, kawan sepermainan dulu. Tidak menyangka disaat teman-teman yang lain sedang sibuk daftar ulang untuk masuk kuliah, Icha telah memantapkan hati untuk menyempurnakan setengah agama, yaitu menikah. Hari itu ia sangat cantik. Sejak dulu ia memang cantik, namun ia jauh lebih cantik di hari pernikahannya.

Alhamdulillah beberapa kawan SD-ku menghadiri pernikahanku. Senang rasanya dapat berbagi kebahagiaan dengan kawan-kawan masa kecil, kawan-kawan sepermainan. Bahagia dapat sedikit bernostalgia walau hanya sejenak.

***

2008

“Selamat ya Cha udah punya anak! Semoga menjadi anak yang Sholihah. Amin!”

Hari itu, beberapa hari setelah Aisyah lahir, kawan-kawan SD menjenguk. Ah, senangnya mempunyai kawan lama yang masih perhatian. Mereka menjenguk ponakan pertama mereka dariku. Alhamdulillah, terima kasih ya ALLAH aku telah diberikan kawan-kawan seperti mereka.

***

2009

“Ah Ichaaaaa… Udah punya anak lagi aja! Selamat ya Cha!”

Kawan SD-ku ini telah melahirkan anak keduanya. Asiyah, puteri keduanya ini hanya berjarak setahun dengan puteri pertamanya. Tidak terbayang di benakku yang masih kuliah ini bagaimana dia mengurus kedua buah hatinya. Aku kagum padanya ketika melihat ia mengurus sendiri kedua buah hatinya.

Hari itu dia datang ke acara reuni SD. Dia datang hanya berdua dengan suaminya, anak-anak tidak diikutsertakan. Dia terlihat bahagia bersama suaminya. Tapi sayang, dia hanya datang sebentar. Tidak tega meninggalkan anak-anak terlalu lama katanya.

***

Juni 2011

“Ichaaaa.. Selamat Ulang Tahun! Lo lagi hamil anak ketiga ya? Wah senangnya!”

“Wah! Aisyah dan Asiyah mau punya adik lagi! Semoga lancar sampai persalinan ya.”

Kawan-kawan menanyakan kabar gembira itu. Ya, sedang ada janin yang tumbuh di dalam rahim ini, calon adik untuk Aisyah dan Asiyah. Aku belum tau jenis kelaminnya apa. Aku berharap laki-laki. Karena keluargaku semuanya perempuan, kecuali ayahku tentunya. Aku ingin memberikan penerus laki-laki untuk beliau. Namun, apapun jenis kelamin anakku kelak, yang terpenting adalah sehat. Aku memasrahkan semuanya kepada Allah.

***

Desember 2011

Aku senang mendapatkan kabar gembira bahwa Icha sudah melahirkan anak ketiganya. Alhamdulillah anaknya laki-laki. Sesuai dengan harapannya Icha dan keluarganya. Akhirnya ada anak laki-laki di rumah itu. Maklum, Icha dan adik-adiknya perempuan semua. Betapa bahagianya wajahnya Icha saat itu. Dia sudah masuk rumah sakit duluan sebelum melahirkan. Dia muntah darah, sampai harus ditransfusi darah. Dua hari setelah masuk rumah sakit, ia melahirkan. Bayi laki-lakinya itu lahir pada hari Jumat, sekitar setengah satu siang, tidak lama setelah Shalat Jumat. Hari Jumat itu hari yang bagus, katanya. Semoga Annas dapat menjadi anak yang sholeh dan dapat menjaga kakak-kakaknya.

Hari itu kawan-kawan SD-ku menjenguk Annas dan aku di rumah. Mereka mampir sesudah datang ke acara di SD. Beberapa dari mereka sebenarnya telah menjenguk, tapi mereka mengantarkan beberapa orang lainnya. Alhasil jadilah semacam reuni kecil di rumahku. Aisyah dan Asiyah berusaha mencari perhatian om-om dan tante-tante yang datang ke rumah. Lucunya anak-anakku itu. Kawan-kawanku ketika SD sangat baik, mereka tetap menjalin silaturahmi. Ketika ada yang sakit atau berduka, mereka juga tetap memberikan perhatian. Bersyukur mempunyai kawan-kawan lama seperti mereka.

***

Maret 2012

“Cha, lo kenapa?”

“Cha, lo di rumah sakit? Sakit apa?”

Bbm dariku tidak dibalas olehnya. Aku semakin khawatir dengan keadaannya. Aku hubungi kawan-kawan lainnya. Ternyata benar, Icha masuk rumah sakit. Sudah hampir dua minggu lebih ia dirawat di rumah sakit. Sakit keras. Diagnosa awal dokter ada tumor di lambungnya. Namun, kenyataannya bukan. Icha sudah terkena kanker lambung. Suaminya bilang Icha butuh dukungan secara psikologis. Tidak hanya dari keluarga, namun juga kawan-kawannya.

“Cha, lo harus sembuh!”

“Lo pasti sembuh, Cha!”

“Ayo Icha semangat! Lo pasti bisa lewatin ini!”

Kami bergantian menjenguknya. Bergantian memberikannya semangat. Walaupun berusaha menahan air mata dan raut muka kesedihan ketika menjenguknya. Senyum tetap melekat erat pada wajah kami. Kami tidak ingin membuatnya sedih.

“Gue mau pulang ke rumah. Gue mau ketemu sama anak-anak gue.” Kalimat itu terdengar lirih diucapkan oleh Icha. Kami hanya bisa tersenyum.

“Lo pasti segera pulang dan ketemu sama anak-anak lo, Cha.”

***

April 2012

Kabar malam itu begitu mengejutkan kami semua. Kami tidak menyangka kawan baik kami pergi secepat itu. Tadi siang ia terlihat sudah lebih membaik ketika kami menjenguknya. Bahkan sejam sebelumnya ia masih dapat membuka twitter. Kami semua sedih, kami semua merasa kehilangannya. Kehilangan sosok kawan yang baik, sholehah, rendah hati, serta dewasa.

Kami segera ke rumahnya. Ia tetap seperti yang biasanya, terlihat tenang, hanya saja terlihat lebih pucat dan kurus. Ibunya selalu mendampinginya hingga akhirnya ia dimandikan dan dimakamkan. Kawan-kawan dan sahabat-sahabatnya turut hadir. Twitter ramai. Kami kehilangan sosoknya. Kami tidak menyangka ia tidak akan dapat melihat anak-anaknya tumbuh dewasa, melihat anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Selamat jalan kawan.

Engkau telah mendapatkan tempat terbaik disisiNya. Kebaikanmu, kedewasaanmu, akan selalu ada dalam ingatan kami semua. Suatu saat akan kami ceritakan mengenai itu semua kepada anak-anakmu. Agar mereka bangga akan Ummi-nya.

 

Cerita ini sebagian besar terinspirasi dari beberapa kejadian antara Icha dan kami, teman SD-nya. Tidak sepenuhnya berdasarkan kisah sebenarnya, hanya terinspirasi dari kejadian nyata.

Selamat jalan Annisa Rahadea Ayuningrum. Selamat jalan kawan SD. Engkau istri yang sholihah bagi Alvin, suamimu. Engkau ibu yang sempurna bagi Aisyah, Asiyah, dan Annas. Engkau anak yang sholihah bagi kedua orang tuamu. Engkau kakak yang baik bagi adik-adikmu. Engkau sahabat dan kawan yang baik bagi kami semua. Engkau telah memberikan contoh dan teladan yang baik bagi kami semua. ALLAH sangat menyayangimu, sehingga engkau dipanggil terlebih dahulu. Semoga ALLAH menempatkanmu di tempat yang terbaik di sisiNya. Semoga semua amal ibadahmu diterima oleh ALLAH SWT.

Kami semua kehilanganmu, Cha. Kami semua menyayangimu. Sampai berjumpa kembali di surgaNya kelak. Aaaaaaamiin! 🙂

Aisyah, Annas, Asiyah (Icha's children)